Ilmu Sosial Dasar (ISD): Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
A. Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai Integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1. Penyebab terjadinya konflik/Pertentangan dimasyarakata) Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya.
Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:
- Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
- Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
- Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
- Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
- Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
- Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya.
- Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
- Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase.
b) Fase/Tahapan Terjadinya Konflik
Di Indonesia kita sering menjumpai adanya konflik, baik konflik intern maupun ekstern. Konflik intern dapat meliputi konflik antar suku, agama, ras, yang terjadi dalam satu lingkup wilayah. Kemudian konflik ekstern meliputi konflik antar bangsa atau negara yang jangkauannya lebih luas. Dari berbagai konflik yang terjadi di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan ide, pandangan, pendapat, dan faktor yang lain lagi. Dalam konflik sendiri ada tahapan – tahapan tertentu, yang didalamnya mencakup beberapa hal. Tahapan tahapan konflik sendiri berbeda setiap pandangan orang atau tokoh, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Pondi sendiri tahapan tahapan konflik terbagi menjadi lima yaitu sebagai berikut:
- Konflik laten, yaitu tahap dimana munculnya faktor faktor penyebab konflik dalam organisasi atau kelompok. Tahap ini merupakan tahap awal terjadinya konflik yang biasanya menimbulkan persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, perebutan posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi.
- Konflik yang di persepsikan, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. Dalam tahap ini salah satu pihak tidak memandang pihak lain sebagai kawan, melainkan sebagai musuh yang akan mengancam tujuan mereka. Terdapat persaingan yang ketat antara pihak pihak yang bersangkutan.
- Konflik yang di manifestasikan, yaitu tahap dimana perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukan seperti adanya sabotase antar pihak. Misalnya salah satu pihak melakukan tindakan pengrusakan yang dilakukan secara terencana dan juga tersembunyi, berhubungan dengan peralatan, aktivitas, dan personel dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan dalam tengah tengah kehidupan masyarakat.
- Resolusi konflik, yaitu tahap dimana konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan. Pihak yang berkonflik berusaha mencari jalan keluar atas konflik yang terjadi dengan berbagai macam cara seperti musyawarah atau jalan damai, mendatangkan pihak ketiga atau mediasi, melalui meja hijau atau pengadilan, maupun cara cara lainnya yang menjadikan konflik tersebut selesai.
- Konflik aftermath, yaitu dimana pihak yang berkonflik sudah tidak ada persaingan dan perbedaan, sehingga konflik tersebut dapat meningkatkan hubungan baik, meningkatkan solidaritas dengan pihak pihak yang bersangkutan. Begitu juga sebaliknya, apabila tidak dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat dan baik dapat menimbulkan konflik yang baru.
- Tahap antisipasi, yaitu tahap dimana munculnya tanda tanda akan terjadinya sebuah konflik, biasanya terjadi dengan adanya gejala perubahan yang mencurigakan. Seperti perubahan sikap yang semula tidak baik menjadi baik karena ada tujuan tertentu.
- Tahap menyadari, yaitu tahap dimana mulai di lakukan sesuatu hal dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan. Misalnya seseorang yang mempunyai masalah dengan orang terdekat, kemudian ia melakukan suatu tindakan yang negatif, padahal dahulu ia sering bermain bersama, dan saling berhubungan.
- Tahap pembicaraan, yaitu tahap dimana pendapat pendapat antar pihak mulai bermunculan dan biasanya terdapat dalam sebuah forum atau perkumpulan. Seperti dalam perkumpulan terdapat sebuah perbedaan pendapat antar anggota, kemudian dia menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan sebuah konflik dalam forum tersebut.
- Tahap perdebatan terbuka, yaitu tahap dimana perbedaan pendapat ditunjukkan dengan nyata dan terbuka, biasanya terdapat pada sebuah seminar seminar nasional bahkan internasional, mereka saling menuangkan ide atau pendapat nya, agar dapat diterima dalam forum tersebut.
- Tahap konflik terbuka, yaitu tahap dimana masing masing pihak memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. Misalnya kita memaksa orang lain untuk mengikuti apa pendapat kita. Pada tahap ini konflik dilakukan tidak secara sembunyi sembunyi, melainkan secara terbuka dan tidak menimbulkan kekerasan, jika pihak pihak yang bersangkutan saling memahami.
c) Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
1) Prasangka dan diskriminasi
Prasangka adalah sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan yang mendasar atas pribadi tersebut. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb).
Prasangka dan diskriminasi adalah stereotyping, yaitu suatu kecenderungan untuk mengidentifikasi dan menggeneralisasi setiap individu, benda dan sebagainya ke dalam kategori-kategori yang sudah dikenal. Prasangka dan diskriminasi berhubungan erat satu dengan yang lainnya karena pada teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan diskriminasi menunjuk pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar dari diskriminasi, dan pada akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang negatif.
Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suku bangsa , kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan yang lebih luas. Suatu contoh : Beberapa peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja bisa menjadi luas dan melibatkan sejumlah orang, misalnya akibat berebut pacar antar geng motor bisa menyebabkan kerusuhan dan meresahkan orang lain.
2) Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan bagi dirinya.
Terdapat 2 jenis Etnosentris yaitu:
- Etnosentris Infleksibel, yakni suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya atau tingkah laku orang lain.
- Etnosentris Fleksibel, yakni suatu sikap yang cenderung menilai tingkah laku orang lain tidak hanya berdasarkan sudut pandang budaya sendiri tetapi juga sudut pandang budaya lain
3) Sebab-sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
Sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi:
- Konflik langsung antar kelompok, prasangka muncul karena kompetisi antarkelompok sosial untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.
- Kategorisasi Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat kategori sosial yang membedakan antara in-group“kita” dengan out-group“mereka”.
- Mekanisme kognitif lain, ilusi tentang hubungan yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil.
- Pengalaman awal, prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan melalui pengalaman langsung dan observasi/vicarious.
4) Usaha - Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
Mengatasi dampak prasangka dan diskriminasi yaitu sebagai berikut:
- Perbaikan kondisi sosial ekonomi, dengan program pemerataan pembangunan oleh pemerintah
- Perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Indonesia, tidak hanya dinikmati oleh kalangan atas saja.
- Sikap terbuka dan sikap lapang serta selalu menjalin komunikasi dua arah agar tidak terjadi kecurigaan antara satu orang dengan lainnya.
B. Pertentangan dan Ketegangan dalam Masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda, terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu:
- Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat didalam konflik.
- Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
- Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
1. Memecahkan Konflik
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
- Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
- Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
- Mjority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
- Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama
- Compromise, artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
- Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
C. Integrasi Nasional
1. Definisi
Integrasi Nasional berasal dari 2 kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini berasal dari Bahasa Inggris (Integrate) yang memiliki arti menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional itu sendiri berasal dari Bahasa Inggris juga (Nation) yang berarti Bangsa.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integrasi Nasional memiliki arti yang Politis dan Antropologis:
- Secara Politis, Integrasi Nasional ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
- Secara Antropologis, Integrasi Nasional ini berarti bahwa proses penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
2. Syarat Integrasi
Adapula beberapa syarat keberhasilan Integrasi di dalam suatu negara, diantaranya ialah:
- Anggota masyarakat merasa bahwa mereka semua berhasil untuk saling mengisi kebutuhan-kebutuhan yang satu dengan yang lainnya.
- Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan menjadi suatu pedoman.
- Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan yang baku dalam melangsungkan proses integrasi sosial.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional
a) Faktor Pendorong
Adapun faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
- Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
- Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
- Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
- Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
- Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional diantaranya:
- Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
- Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
- Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal ari dalam maupun luar negeri.
- Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
- Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Referensi:
https://epistemologyideas.wordpress.com/2012/11/20/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
http://blog.unnes.ac.id/yuliawati/2017/11/30/proses-atau-tahapan-konflik/
http://startaswisnu.blogspot.com/2014/12/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html
Comments
Post a Comment